Satu tahun tanpa Instagram – sudah 360 hari saya memutuskan untuk tidak lagi berinteraksi melalui sosial media tersebut, enak ?
Dan jawabannya :
“it depends ..“
Maksudnya gimana?
Semoga kisah saya berikut ini bisa bermanfaat untuk anda, selamat membaca :
Satu Tahun Tanpa Instagram
Ketika Itu ..
Tepatnya 6 Februari 2019 lalu, saya memutuskan untuk menyudahi untuk menggunakan Instagram.
Entah kenapa saya memutuskan untuk melakukan hal itu, dengan berbagai pertimbangan, saya putuskan untuk tidak lagi menggunakannya.
Padahal ketika itu semua orang sudah jenuh dengan Facebook, dan tentunya Instagram sedang mengembangkan fiturnya secara masif.
Sebulan atau 2 bulan pertama mulai ada perasaan mau kembali lagi, namun tidak, saya komitmen untuk tidak lagi ‘rujuk’ dengan Instagram selama lebih dari satu tahun.
6 Februari 2020 kemarin, saya sudah ‘bercerai’ dengan Instagram selama satu tahun !
Motivasi ?
Ke-kikukan saya dimulai ketika saya masuk ke ruang lingkup yang biasa bertanya :
“Akun IG lu apaan wil?“
Dan saya bilang, saya tidak lagi menggunakan Instagram.
Sebagian merespon biasa saja dengan bertanya “oh, kenapa emang?“
Ada juga yang sampai terheran heran, “lu digital marketing, ga punya Instagram?“
Saya hanya tersenyum dan berpegang teguh pada beberapa alasan saya untuk tidak lagi menggunakan instagram.
Sebetulnya motivasi saya untuk tidak lagi menggunakan Instagram sudah saya tuliskan di tulisan saya yang lain di blog ini.
Baca : 1 Bulan Tanpa Instagram
3 hal yang perlu saya garis bawahi adalah :
Kegelisahan (#1)
Instagram bukan lagi ajang untuk pamer foto antar fotografer profesional sebagaimana visi pertama kali Instagram pertama kali didirikan.
Semakin kesini, trend Instagram adalah untuk mencari dan mendapatkan perhatian.
“alhamdulillah hari ini liburan di bali-nya udah selesai, besok kerja lagi, huft” (sambil foto di bandara atau pinggir pantai)
kira kira apa renjana anda, mereka atau siapapun yang membuat postingan seperti itu di Instastory-nya?
Tersirat atau tidak, bermaksud atau bukan, anda sudah berperan dalam meningkatkan kegelisahan orang lain.
Kalimat pendek tersebut bisa berarti cukup banyak, dilihat dari sudut pandang yang beragam :
- Gw abis liburan di Bali, lu ga bisa kan? hah, dasar Missqueen
- Gw naik pesawat, yang artinya gw anak sultan, lu naek apaan? bajay?
Dan lain sebagainya.
“Ah itu mah lu-nya aja wil yang julid?“
Kalau saya tanya, terus maksudnya apa posting begitu?
“berbagi kebahagiaan !“
pppfffttttt……. udah pernah kelilipan laptop belom?

Ya penelitiannya, Instagram merasakan kegelisahan (Anxiety) dan mendapatkan reputasi sebagai sosial media terburuk untuk kesehatan mental.
“Kegelisahan apa sih wil? gw ga ngerasa gelisah tuh?“
Gelisah yang terasa itu cuma pas nunggu hasil sidah skripsi, sama SIM mati pas ada Razia. ha ha ha
Baik, gini ..
- Anda khawatir dengan jumlah follower?
- Khawatir dengan jumlah orang yang merespon foto anda?
- Bingung posting apa lagi yang menarik?
- Menahan napas melihat teman teman anda sedang liburan sedang anda lagi kerja?
Ya, itu kegelisahan yang dimaksud !
Sadar atau tidak, secara tidak langsung anda sudah mengalami sedikit gangguan kesehatan mental.
Datanya, 70% orang mengalami kegelisahan itu saat mereka mulai intens mengakses sosial media mereka.
Dan… ya, sejujurnya saya cukup terganggu dengan itu !
Karena itu, kegelisahan adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan saya sanggup untuk satu tahun tanpa Instagram.
FoMO (#2)
Tidak pernah bisa lepas dari Smartphone, khususnya Instagram.
Ada waktu senggang sedikit, anda membuka Smartphone anda dan membuka Instagram untuk melihat orang lain joget joget si Instastory.
Mungkin anda hanya sekedar lewat, atau langsung swipe ke postingan lain, yaa sama aja.
Anda sudah masuk ke zona FoMO, yaitu Fear of Missing Out.
Enggak tau kenapa pokoknya anda ga bisa ga buka Instagram selama 15 menit sekali misalnya.
ya ga? udah iyain aja.
Bahkan lagi kerja, anda menyempatkan diri sebisa mungkin untuk melihat Instagram, sampai ngumpet ngumpet ke kamar mandi gitu?
Ha ha ha
Ya, itu yang dimaksud dengan FoMO !
Padahal anda tidak kehilangan apapun kalau anda tidak buka Instagram di jam jam tersebut.
Atau bahkan anda bisa kehilangan pekerjaan anda karena ketahuan mengakses sosial media di jam kerja.
“penting wil, biar tetep update“
Kalau anda berkecimpung di dunia Forex trading, bisa jadi anda kehilangan momen penting seperti peak point, dsb
yang kalau anda lengah, anda bisa rugi ratusan juta.
Tapi Instagram apa?
Apa yang anda dapat dari usaha anda meluangkan waktu 15 menit untuk melihat kegiatan orang lain?
dan jawabannya “Tidak Ada“
Anda hanya sudah masuk dan terikat ke FoMO.
Merdeka lah !
Sayang .. (#3)
Saya pernah mengukur seberapa cepat saya bisa membaca, 1 menit saya bisa membaca sekitar 255 kata.
Kalau saya luangkan waktu sekitar 5 menit, maka saya sudah bisa membaca hampir 2-3 lembar buku.
Saya dapat banyak informasi, dapat pengetahuan baru dan dapat menambah wawasan saya untuk hal hal yang saya sukai.
Anda?
Apa yang anda dapatkan setelah 30 menit melihat seluruh, ya seluruh Instastory orang lain?
- Tau kalau si eneng punya pacar baru?
- Tau kalau si Bambang udah jadi suami orang?
- Tau kalau si jamile abis liburan keliling eropah?
- apaaaa????
Sayang kan?
Kalau anda punya kecepatan rata rata membaca yang sama dengan saya, mungkin dalam 30 menit anda sudah habis setengah atau sepertiga buku.
jauh lebih bermanfaat dibandingkan membuka Instagram.
Sebagai millenial, atau Gen Z yang masih punya banyak waktu, maka waktu adalah sumber daya anda !
Waktu adalah milik anda yang paling berharga.
Semua tergantung bagaimana dan mengelolanya.
Mau menjadikan waktu itu untuk berinvestasi di ilmu dan wawasan, atau dihabiskan sia sia begitu saja melihat orang lain joget joget tiktok?
Kebijaksanaan anda sekarang bisa menentukan gimana masa depan anda nantinya.
Sudah cukup tertarik untuk ikut juga satu tahun tanpa Instagram ?
Terus, Ngapain?
Membaca
Sejak Januari 2019 sebetulnya saya sudah komitmen untuk membaca 1 buku setiap bulan, dan ya, Instagram mendisrupsi waktu saya.
Februari itu adalah momen dimana saya pertama kali menyelesaikan buku favorit saya yang sudah hampir 2 bulan tidak juga selesai.
Sejak itu saya mulai gila kembali membaca !
Total sudah hampir 20 buku saya baca sejak Februari 2019 sampai tulisan ini ditulis.
Alhamdulillah !

Saya membaca beragam buku, dari mulai buku bisnis, pemasaran (marketing), buku Fiqih Islam, sejarah Islam, Product Creation, Self Help, dsb
Saya berusaha untuk menumpahkan setiap kata yang ada di buku itu ke dalam kepala saya.
Saya mulai kenal dengan Goodread, kemudian Periplus, Amazon Kindle, Medium, dsb.
Tidak hanya buku tapi semua eBook, tulisan orang lain di blog mereka, juga saya baca.
Kapan saya membacanya?
Saya punya term khusus, mungkin bisa anda tiru :
- Kalau kira kira anda punya waktu tunggu kurang dari setengah jam, maka saya membaca blog, eBook atau Medium.
- Kalau saya punya kira kira waktu tunggu lebih dari setengah jam, maka saya membawa buku.
Kurang dari setengah jam
- Mengisi bensin kendaraan
- antri di ATM
- Menunggu istri saya belanja di minimarket
- B*rak
nah di waktu waktu itu, saya memaksa diri saya untuk membaca di Smartphone.
Lebih dari Setengah Jam
- Perjalanan dalam atau luar kota
- Waktu senggang di Pagi hari dan Petang
- Menunggu istri belanja di pasar
- Istirahat makan siang
di waktu waktu tersebut saya membaca buku, pastikan buku selalu ada di dekat anda.
Selain membaca, saya juga menulis untuk menggantikan waktu saya ber-instagram.
Menulis
Entah sudah berapa tulisan yang saya hasilkan dari waktu senggang saya tanpa Instagram selama satu tahun.
Mungkin rasio membaca dan menulis saya cukup seimbang.
Saya menulis di beberapa platform :
- Blog ini
- Medium
- Quora

Blog Ini
Tulisan saya di Blog ini sudah dibaca oleh sekitar 7000 kali sejak februari hingga tulisan ini dibuat.
Menulis di blog ini adalah sebuah pengejawantahan atas apa yang saya pikirkan dan saya ingin bagikan.
Dilihat 700 orang menurut saya adalah sebuah pencapaian yang lumayan.
Medium
Medium bagi saya adalah sebuah platform menulis yang betul betul memberikan anda kebebasan.
tidak perlu memikirkan tema blog, memikirkan hosting, dsb
Cukup buka Medium, dan tulis apa yang ingin anda tulis tanpa gangguan apapun.
Tulisan saya di Medium sudah dibaca sekitar 250 – 300 orang setiap bulannya.
Alhamdulillah.
Quora
Perjumpaan saya dengan Quora bagi saya adalah yang terbaik.
di Quora, tulisan saya dilihat oleh lebih dari 380.000 orang !
Masya Allah !
Saya merasa cukup bisa bermanfaat bagi orang lain, karena saya sharing banyak hal di sana.
Menulis bagi saya jauh lebih menarik dibandingkan membuka Instagram dan berkomentar hal hal yang tidak perlu saya komentari.
Kegiatan Lain
Saya juga mulai sering menonton Youtube dan menonton TedTalk yang juga banyak sekali memberikan saya manfaat.
Saya juga berbisnis, dan mulai berkebun, ha ha ha
Jauh lebih bermanfaat dari scroll dan tap tap foto foto orang lain di Instagram.
Saya Tidak Sendirian
Penglaman saya tanpa Instagram yang hampir satu tahun ini saya bagikan di Quora, dan saya menyadari kalau saya tidak sendiri.
Saya bercerita tentang kisah saya dan alasan saya kenapa tidak lagi menggunakan Instagram di Quora.
Tulisan saya sudah dilihat oleh 32.000 orang, didukung naik oleh 2.100 orang dan 35 kali dibagikan.
Ini tulisan saya : Apa yang membuatmu tidak menyukai media sosial Instgram
Dari tulisan tersebut saya melihat banyak komentar yang ternyata ada banyak orang yang merasakan hal yang sama.
Mereka gelisah, mereka lelah dengan kehidupan orang lain, merasa tidak produktif, dsb
Mereka banyak memberikan komentar komentar positif yang mendukung keputusan saya untuk tidak lagi menggunakan Instagram.
Berikut komentar komentar yang menarik menurut saya :
Iya sih, kalau kebanyakan buka IG bawaannya khawatir mulu sama berapa banyak yang likes, atau respon IG story dll. Belum lagi kalau temen upload foto yang instagramable. Bisa bisa puyeng nyari spot yang bisa dijadikan status IG terbaru. Maklum bawaannya ngga mau kalah. Mending maen quora lebih berfaedah.
aku sdh 4 bulan hapus akun ig dan pelajaran yg aku dapatkan, bisa lebih mensyukuri apa yg aku punya. Ga lagi bandingin diri dengan dia yg lebih cantik dan kaya. Kuota jg jauh lbh hemat.
Saya sependapat wahai manusia beneran wkwkwk saya termasuk orang yang meninggalkan instagram dan twitter. Alasannya satu “saya muak melihat orang orang dan urusannya”, mau dia kaya mau sombong miskin. Terserah, saya jadi lebih suka foto polaroid atau dicetak di print murah. Bahkan, alhamdulillah justru Allah SWT yang mempertemukan saya dengan wanitaku dengan tanpa instagram dan twitter. Itu alasan yang membuat saya saling suka. Kami saling mencintai benar benar tanpa media sosial. Jadi curhat ya maaf
Dan lainnya.
Hidup jauh lebih menyenangkan dan menentramkan kalau anda sedikit tidak peduli dengan kehidupan orang lain, dengan begitu anda bisa lebih melihat diri anda, dan lebih bersyukur.
Jadi..
Sebetulnya saya tidak mengajak anda untuk juga menghapus atau Unisntal Instagram dari Smartphone anda.
Saya hanya ingin mengajak orang lain untuk bijaksana menggunakan waktu yang mereka miliki.
Waktu itu adalah sumber daya yang sagat powerfull yang anda miliki.
Seperti pisau, kalau anda bisa menggunakannya dengan baik maka anda bisa membuat waktu itu sebagai senajta yang bermanfaat untuk hidup anda.
Tapi kalau anda menyianyiakannya dan membiarkannya sia sia begitu saja, bisa jadi waktu yang akan melukai bahkan membunuh anda.
Rasulullah Sallalhu ‘alaihi wasallam bersabda :
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.”
(HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kalau anda menyianyiakan umur yang diberikan, bisa jadi kita termasuk orang orang yang celaka di akhirat kelak.
Dan Hadist ini juga yang seolah menghantam saya yang dulu masih suka membuang buang waktu untuk hal hal yang tidak bermanfaat.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang banyak membuat manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.
dan ini :
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah (dia) meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Semoga bermanfaat.
Willy Pujo Hidayat