Contoh copywriting untuk marketing sesuai funnel – Kalau ada skill atau kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemasar (marketing), maka menulis adalah salah satunya.
Kalau Anda beranggapan menulis itu hanya menulis artikel yang panjang dengan ratusan kata saja, maka Anda salah besar.
Tulisan atau naskah atau dalam bahasa inggrisnya yaitu Copy, bisa dibilang sebagai akar rumput atau DNA dari apapun konten marketing yang akan Anda produksi.
Dari ads copy yang Anda siapkan lah, semua konten marketing akhirnya bisa Anda produksi dengan baik.
Implementasi copywriting ini juga bukan hanya pada digital marketing saja, namun meliputi seluruh kegiatan marketing termasuk offline marketing.
Pada penggunaannya, funneling juga akan menentukan bagaimana ads copy dibuat, dan sudut pandang apa yang harus digunakan.
Lantas, bagaimana sih cara yang benar dalam menggunakan copywriting?
Ada 3 sub bab yang akan kita bahas pada tulisan ini, yaitu :
- Copywriting
- Funneling
- Conton penggunaannya
Contoh Copywriting untuk Marketing (Sesuai Funnel)
Pengertian Tulisan atau Naskah (Copy)
Definisi
Copywriting adalah suatu aktifitas menulis dengan tujuan periklanan atau bentuk pemasaran lainnya.
Dari definisi tersebut, kita bisa simpulkan bahwa Copywriting adalah sebuah aktifitas tulis menulis dalam ruang lingkup periklanan.
Beberapa istilah penulisan yang ada di beberapa ruang lingkup periklanan diantaranya :
- Slogan
- Tag Line
- Kalimat Iklan Persuatif
- Subjek Email
- Caption Sosial Media
- dsb
Hampir tidak mungkin Anda melihat iklan yang tidak ada tulisannya.
Dan tulisan di setiap bentuk atau format iklan apapun, baik online maupun offline, tentu sudah dipikirkan dengan matang.
Lebih dari itu, bahkan sudah didiskusikan oleh tim marketing, baik dalam ruang lingkup kecil seperti UMKM, maupun dalam ruang lingkup yang lebih besar, seperti perusahaan.
Target mereka adalah bagaimana iklan mereka bisa viral atau mencuri perhatian banyak orang.
Bentuk lain dari Copywriting
Kalau Anda memiliki channel YouTube yang mungkin masih belum memiliki interaksi yang baik, mungkin Anda kurang menulis.
“Apa urusannya video dengan menulis?”
Dengan menulis sebelum membuat rekaman video, Anda bisa membuat alur yang baik dari video Anda.
Bahkan Anda bisa menyiapkan terlebih dahulu apa yang akan Anda sampaikan ke audience Anda, agar tidak kehilangan poin poin penting.
Ya, Copywriting dalam video biasa disebut dengan Script atau skenario.
Dari sanalah Anda berangkat menyiapkan video marketing Anda.
Bentuk lain misalnya manuscript pada Podcast.
Tidak jauh berbeda dengan Script pada video yang dipersiapkan sebelumnya, namun mungkin kalau pada podcast audio Anda bisa membacanya, tanpa perlu menghafalnya.
“Ah, saya kalau buat video ngalir begitu aja wil, ga perlu script, hasilnya oke aja”
Ok, tapi apakah Anda bingung saat akan menuliskan judul video tersebut?
Atau bahkan pada saat membubuhkan tulisan pada thumbnail yang akan Anda posting di YouTube?
Ya, itu adalah bentuk lain dari Copywriting, lebih dari sekedar tulisan pemasaran yang panjang.
Fungsi Copywriting
Kalau ada yang bertanya :
“Apa pentingnya Copywriting dalam pemasaran atau dalam bisnis?”
Maka mungkin Anda belum menyadarinya, bahwa apapun bentuk iklannya, apapun format iklannya, maka menulis adalah hal pertama yang dilakukan.
Saking pentingnya, bahkan beberapa perusahaan besar, mempercayakan urusan tulis menulis iklannya ke perusahaan lain yang memang lebih ahli.
Copywriting penting sekali dalam memasarkan apapun produk yang anda jual.
Copywriting bisa memberikan cerita (story) kenapa produk Anda hadir di tengah masyarakat.
Bisa juga memberikan edukasi tentang apa yang produk Anda akan lakukan untuk membantu pelanggan Anda.
Juga untuk mengajak dan mengarahkan siapapun yang tertarik dengan produk Anda, untuk akhirnya memilikinya.
Karena itu, Copywriting tidak bisa berdiri sendiri.
Dia harus berjalan beriringan dengan Funneling.
Funnel Marketing
Definisi Funneling
Funneling adalah segmentasi pelanggan berdasarkan tingkat interaksi mereka dengan produk yang kita promosikan.
Pada konsep yang sederhana, funneling hanya terdiri dari 3 bagian, yaitu :
- Top of Funnel
- Middle of Funnel
- Bottom of Funnel
Tentunya konsep funnel ini bisa diimplementasikan ke banyak hal, namun mungkin dalam bentuk yang berbeda.
Kalau dalam segmentasi audience misalnya, maka konsep Top-middle-bottom, akan berganti menjadi Cold-warm-hot audience.
Atau mungkin implementasi yang lebih spesifik lagi, seperti misalnya pada marketing dan bisnis seperti AIDA :
- Awareness
- Interest
- Decision
- Action
Secara garis besar, 3 poin funneling di awal tadi sudah cukup mewakili, hanya mungkin tinggal pengertiannya saja.
Struktur Funneling
Seperti yang kita ketahui sebelumnya, bahwa Funneling adalah segmentasi pelanggan berdasarkan interaksi mereka terhadap produk kita.
Setiap segmentasi pelanggan tentunya memiliki pemahaman yang berbeda.
Top of Funnel artinya mereka mungkin baru saja melihat iklan Anda, atau mungkin baru pertama kali berinteraksi dengan produk Anda.
Middle of Funnel artinya mereka (audience Anda) sudah mulai penasaran dengan produk Anda, dan mulai mencari tahu lebih dalam tentang produk Anda.
Bottom of Funnel adalah tahapan terakhir, dimana mereka (target audience Anda) sudah “matang” atau dalam kata lain sudah siap membeli produk Anda.
Setelah Anda mengetahui segmentasi pelanggan tersebut, maka tentunya treatment atau perlakuan kita ke mereka di setiap segmentasi akan berbeda.
Setiap konten harus disesuaikan dengan ‘suhu’ audience di sana.
Apakah iya Anda langsung hajar cashback atau diskon untuk produk yang mungkin saja audience Anda belum pernah mendengarnya?
Atau apakah tidak terlalu bertele-tele kalau kembal menjelaskan benefit produk Anda ketika calon customer Anda sudah mengeluarkan uangnya dan siap untuk membeli?
Ya, semuanya perlu penyesuaian.
Karena itu juga, implementasi copywriting pada setiap funnel pun akan berbeda.
Sekarang mari kita cek contoh copywriting untuk marketing yang sesuai dengan funnelingnya.
Contoh Copywriting Sesuai Funnel
Top of Funnel Copy
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa Top of Funnel atau ToFU ini merupakan tahap awal dari funneling.
Sebuah istilah yang menggambarkan bahwa audience Anda baru saja melihat produk Anda.
Coba kita cek salah satu iklan dari produk yang baru saja muncul di pasar, contohnya mungkin Bank JAGO :
Pada awal launch-nya, Bank Jago menggunakan sudut pandang kemudahan dan praktis.
Mereka berempati pada audience yang harus antri lama saat harus membuat akun bank konvensional.
Akhirnya Bank Jago datang dengan kemudahannya membuat akun yang bahkan bisa sambil memasak mie.
Ha ha ha
Coba kita bedah, apa saja contoh Copywriting yang ada di dalam iklan tersebut :
- “Belum Registrasi Jago? Cuss langsung buat akunnya, gampang banget, bisa sambil masak mie instan, yuk registrasi sekarang”
- “Sambil menunggu mie instan mateng, bisa langsung aktivasi”
- “Bikin akun jago, semudah itu”
- “Aktivasi Jago sambil rebus mie? Bisa”
- “Gunakan App”
Coba kita bedah satu persatu :
“Sambil masak mie instan”
Penggunaan metafora “memasak mie instan” ini lebih mudah dibayangkan dibandingkan dengan mengggunakan penyebutan waktu secara tepat.
Kalau saja iklan dibuat dengan :
“Cukup 5 menit, buat akun bank jago”
Audience mungkin akan kesulitan membayangkan 3-5 menit, atau bahkan mereka akan menilai lama.
Namun tidak dengan membuat mie instan yang sangat sebentar, padahal itu adalah bahasa lain dari 3-5 menit.
“Cuss langsung daftar”
Sudah bisa dipastikan bahwa audience mereka adalah anak-anak muda, khususnya milenial yang masih menggunakan kata “Cus”.
Namun tidak terlalu muda seperti anak anak tahun 2000-an, mereka tidak menggunakan kata cus, melainkan “gas”.
Atau “Ayo” untuk generasi X.
Mengetahui profil audience Anda itu sangat penting dalam membuat copywriting.
“Aktivasi Sambil Rebus Mie?”
Menggunakan metafor secepat merebus mie ini sangat konsisten mereka gunakan di setiap section di iklan.
Konsistensi juga penting untuk dibangun sejak tahap Top of Funnel.
“Gunakan App”
Ini namanya Call to Action (CTA) yang pada iklan tersebut, mereka menginginkan Anda untuk melakukan instalasi aplikasi mereka.
Pada tahap Top of Funnel, Anda harus mengungkapkan kegelisahan audience Anda, dan kemudahan yang Anda tawarkan.
Tipsnya Anda bisa membuat audience Anda untuk menjawab “Ya“
Karena itu umumnya bisa kita gunakan sebuah kalimat tanya.
Misalnya pada konteks bank Jago :
- Masih cape antri untuk hanya membuat akun bank?
- Tidak punya banyak waktu untuk buat akun bank baru?
- Mau buat akun baru, tapi ga punya waktu di bank?
Atau tanpa kalimat tanya :
- Tidak perlu antri untuk membuat akun baru, cukup dari smartphone Anda.
- Buat akun bank baru, tidak sampai 5 menit pakai app ini.
- Praktis, Kini buat akun bank bisa sambil buat mie instan.
Kesimpulannya :
Ciptakan awareness, atau curi perhatian target audience Anda dengan memberikan solusi melalui produk Anda, atas kegelisahan yang mereka alami selama ini.
Anda bisa cek interaksinya sejauh apa, kalau belum bagus, maka silakan cari beberapa angle lain dari produk Anda.
Middle of Funnel Copy
Pada tahapan ini, asumsinya mereka, audience Anda, sudah mengenal produk Anda.
Atau paling tidak mereka pernah masuk ke landing page atau website Anda.
Maka Anda tidak bisa lagi menggunakan sudut pandang yang sama seperti pada Top of Funnel.
Anda tinggal mendorong mereka untuk akhirnya masuk lebih jauh menggunakan produk Anda, atau membeli produk Anda.
Pada tahap ini, Copywriting Anda bisa Anda fokuskan pada keunggulan fitur yang Anda tawarkan.
Bahasa lainnya adalah Unique Selling Point, atau Value Proposition dari produk Anda.
Masih dalam konteks yang sama, Bank Jago, maka kurang lebih iklannya begini :
LIhat bedanya di mana?
Betul, mereka sudah tidak lagi mendorong Anda untuk daftar, melainkan untuk beraktifitas di dalamnya dengan mengisi uang di akun Anda.
Asumsinya Anda sudah menginstal aplikasinya, namun masih dormant, alias tidur, belum banyak digunakan.
Nah, harapannya, dengan iklan retargeting ini, Anda akhirnya mau mengisi akun Anda dengan uang Anda yang tentunya harapannya bisa menstimulasi transaksi di dalamnya.
Coba kita bedah contoh copywriting iklan Bank Jago pada iklan tersebut :
- “Bonus 100rb buat kamu yang bikin akun JAGO dan isi saldo Rp. 220ribu, yuk download sekarang”
- “Nabung Rp220rb, langsung dapat Rp. 100ribu”
- “Sambut tahun baru pakai bonus dari jago”
- “Gunakan app”
Pada tahap ini, Bank Jago ingin menginformasikan fitur yang tidak dimiliki oleh kompetitor atau produk sejenis.
Artinya fitur ini eksklusif yang cuma bisa Anda temui dan dapatkan saat Anda menggunakan aplikasinya tersebut, tidak hanya menginstalnya saja.
Copywriting yang menunjukkan Unique Selling Point (USP) produk atau layanan kita bisa kita terapkan di sini.
Anda bisa menerapkan iklan retargeting untuk mereka yang sudah pernah berinteraksi dengan produk atau Landing Page Anda.
Umumnya menggunakan kalimat pernyataan, bahkan mungkin klaim tertentu, misal :
- “Satu satunya aplikasi yang memberikan Anda jodoh”
- “Sekarang Anda sudah siap transfer ke rekening lain tanpa biaya tambahan”
- “Transfer ke rekening lain tanpa biaya tambahan? temukan di aplikasi ini”
- dsb
Bisa juga memberikan bonus untuk mendorong audience Anda agar bisa langsung membeli atau paling tidak menggunakan produk Anda.
Anda bisa bermain di USP dan alasan kenapa produk Anda harus mereka gunakan dibandingkan dengan produk kompetitor.
Paham?
Pada tahap ini juga yang diukur itu adalah retensi, atau mungkin sampai konversi pembelian atau pengisian form.
Bottom of Funnel Copy
Tahapan ini adalah tahapan yang paling bawah, targetnya mudah, biasanya hanya untuk mengkonversi leads menjadi sales.
Pada tahapan ini, asumsinya, audience Anda sudah mengenal produk Anda, sudah paham manfaat produknya dan sudah siap untuk melakukan pembelian produk.
Ibaratnya uang sudah keluar dari dompet untuk diberikan ke Anda dan ditukar dengan produk Anda.
Lagi lagi kita pakai konteks Bank Jago :
Kalau di awal, contoh copywriting iklannya menggunakan angle kemudahan membuat akun, kemudian di tahapan selanjutnya adalah tentang bagaimana Anda menyetorkan uang ke akun Anda.
Pada tahap ini, Anda didorong untuk bertransaksi dengan akun bank Jago Anda, dengan saldo yang sudah Anda top up sebelumnya.
Copywriting-nya akan sama sekali berbeda dengan 2 sebelumnya.
- “Jurus cuan pas jajan , pake kantong jago mu di gojek, dan dapatkan cashback hingga 100rb”
- “Jurus dapetin cashback 100rb”
- “Jajan malah untung, bisa dong”
Pada tahap ini, Bank Jago berasumsi kalau Anda yang melihat iklan ini, sudah mengisi saldo dengan promo sebelumnya.
Harapannya, saldo tersebut bisa digunakan agar Jago juga mendapatkan keuntungan.
Ya, ibarat masakan, maka Bottom of Funnel ini makanan Anda sudah matang dan siap untuk disantap, setelah Anda melakukan persiapan sebelumnya.
Pada tahapan Bottom of Funnel maka sudut pandang copywriting Anda yaitu membuat agar sesegera mungkin pelanggan akhirnya membeli produk Anda.
Berikan mereka alasan kenapa mereka harus segera melakukan pembelian hari ini, atau bahkan saat ini juga.
Hard selling diperbolehkan sama sekali untuk Audience yang ada di segmentasi ini.
Tambahkan juga unsur kelangkaan atau Scarcity pada iklan Anda, sehingga mereka bisa bersegera membeli produk Anda, misal :
- “Tunggu Apa lagi? Yuk pesan sekarang, dan dapatkan diskonnya”
- “Sayang kalau cashbacknya hangus, yuk pesan sekarang”
- “Diskon 20% untuk Anda yang memesan hari ini”
- “Ada cashback yang siap dikirim hari ini ke akun Anda, pesan sekarang”
Hard selling banget kan? ha ha ha
Ya, begitulah “amunisi” yang Anda gunakan untuk menyerang audience yang sudah cukup hot, dan siap untuk membeli produk Anda.
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
Dari beberapa Contoh Copywriting untuk marketing di atas, tentunya mungkin masih menyisakan pertanyaan untuk Anda.
Berikut beberapa pertanyaan yang umumnya ditanyakan :
Mengetahui Pelanggan sudah di ToFu, MoFU, atau BoFU gimana mas?
Bagus, kalau Anda menggunakan iklan berbayar, maka pengaturan ad set audience dari Facebook ads maupun ad group dari Google ads lah yang Anda anggap ToFU.
Anda mentraget orang dengan kriteria tertentu pada Facebook atau Google ads, maka itu lah level ToFU Anda.
Jadi pastikan copywriting Anda untuk ditampilkan ke mereka itu cukup untuk menarik perhatian mereka.
Paling tidak sampai masuk ke landing page Anda.
Bagaimana mentarget MoFu dan BoFu? Kan Kita tidak tau mereka siapa saja?
Betul, caranya memang sedikit ‘nakal’ yaitu dengan menggunakan skema tracking retargeting.
Anda bisa menggunakan Facebook Pixel atau Google Remarketing tags untuk membuat segmentasi ini.
Jadi, Anda bisa mentargetkan kembali mereka yang sudah pernah mengunjungi website atau landing page Anda selama beberapa hari terakhir.
Atau bisa juga kita anggap sebagai leads.
Leads, atau orang yang pernah menghubungi Anda setelah mereka masuk ke landing page, adalah MoFU Anda.
Maka Anda bisa melakukan follow up misalnya dengan email atau WhatsApp.
Bagaimana membuat sudut pandang tulisan iklan yang bagus ya? supaya tidak hanya diskon melulu?
Anda bisa menggunakan rumus rumus di atas yang mungkin sudah cukup banyak orang yang menggunakannya.
Secara garis besar, Anda hanya mempertemukan antara kegelisahan pelanggan Anda, dengan benefit produk yang Anda tawarkan.
Bisa menggunakan rumus begini :
“Anda ..(kegelisahan pelanggan)..? gunakan ..(produk Anda).. dan nikmati ..(manfaat produk)..”
Contoh :
“Anda merasa khawatir dengan kondisi bumi kita? gunakan Mobil Listrik Tesla, dan nikmati perjalanan yang nyaman tanpa harus isi bensin”
atau
“Anda merasa capek kerja gitu-gitu aja? Dapatkan buku bisnis anti-gagal ini dan dapatkan pendapatan tambahan di luar gaji”
Ha ha ha
Kurang lebih begitu.
Cukup pertemukan saja kegelisahan audience dengan produk Anda.
Anda bisa menggunakan Business Model Canvass untuk mengidentifikasikan pain dan Gain pelanggan Anda.
Bagaimana menyesuaikan gambar dan tulisan iklan dengan setiap tahapan funnel?
Itulah pentingnya kita mempelajari hal hal dasar tentang periklanan atau komunikasi.
Walaupun konteksnya digital marketng, namun tetap saja Anda harus paham bagaimana membuat ilustrasi produk yang baik untuk setiap funnel.
Anda tidak bisa menggunakan satu foto produk dan satu copywriting untuk ketiga funnel tersebut.
Semuanya perlu penyesuaian dan paling tidak secara copywriting sudah Anda dapatkan di sini.
Selebihnya bisa Anda pelajari di sumber yang lain.
Kalau SEO gimana buat copywriting dan funnel-nya ?
Misalnya tulisan ini.
Mengapa saya memilih untuk menggunakan topik “contoh copywriting” dibandingkan menggunakan sudut pandang
“apa itu copywriting?”
Atau kenapa bukan menggunakan “kenapa copywriting itu penting?”
Jawabannya adalah karena ketika saya membuat tulisan ini, Anda, sebagai pembaca, saya asumsikan sudah memahami dasar copywriting.
Hanya mungkin masih bingung, tentang implementasi yang baiknya seperti apa.
Ya, Anda adalah Middle of Funnel dari topik Copywriting, dan begitulah kurang lebih Contoh Copywriting untuk SEO.
Segmen mana yang akan Anda target akan menentukan pemilihan keyword Anda.
Kesimpulan
Copywriting adalah dasar dari beberapa konten promosi yang akan Anda produksi.
Kadang copywriting tidak hanya berupa tulisan panjang saja, slogan, tagline dan lainnya juga termasuk copywriting yang harus Anda fikirkan dengan matang sebelum launch.
Atau Copywriting ini bertransformasi menjadi narasi video atau manuscript pada podcast.
Copywriting tidak bisa digunakan sendirian, dia harus beriringan dengan funnel.
Contoh Copywriting sesuai funneling :
- Cold Audience (Top of Funnel) :
- Cerita pain pelanggan
- Empati
- Warm Audience (Middle of Funnel) :
- Kenapa produk Anda hadir
- Apa yang membuat produk Anda berbeda
- Kenapa pelanggan harus membeli produk Anda
- Hot Audience (Bottom of Funnel) :
- Kenapa harus beli sekarang
Penggunakan dan contoh copywriting pada setiap funnel akan berbeda, tergantung dari seberapa jauh mereka berinteraksi dengan brand atau produk kita.
Saya sangat terbuka dan senang sekali berdiskusi dengan siapapun.
Yuk ngobrol.
Semoga bermanfaat.